Friday, October 14, 2011

Iya. Hidup yang kaya warna

Akhirnya, ada juga yang sama di antara kamu dan aku. Sama-sama pemimpi! Masalahnya apakah mimpi kita sama? 
Hidup yang aku cari hanyalah hidup yang simple tapi suatu saat, aku mau hidupku berdampak untuk banyak orang.

Aku penikmat hal-hal kecil, seperti menghirup segarnya udara pagi di taman hijau, mendengar pertunjukkan musik murah meriah, berbelanja ke supermarket sebentar, menikmati segelas teh hangat di taman rumah, menikmati pemandangan desa, berjalan telanjang kaki di pinggir jalan, memetik buah atau bunga dari halaman sendiri. Mungkin simple itu artinya hal-hal sederhana seperti itu. Yang ga neko-neko. Yang ga mahal seperti berlibur ke Roma atau Paris. Yang ga terlalu senekad bungy jump atau sky diving.

Di dalam kesederhanaan itu, aku ingin melakukan beragam hal-hal baru. Bukan karena aku orangnya bosanan. Tapi itu cara aku tetap waras.

Tentang uang, ***sigh*** perlu tapi bukan segalanya. Asal berkecukupan dan tidak mengganggu orang lain.

Wednesday, October 12, 2011

Pengen Hidup Kaya Warna ?

Pengen hidup kaya warna? Kayak pelangi aja bu... hehehehe... Akh, bagi gue hidup itu cuman sekali, bahkan kadang hanya di ujung helaan nafas bila kita hampir mendekati ajal (its so scared, believe me).


Sebenarnya bagi gue, hidup itu : "mewujudkan mimpi-mimpi", terlepas gagal atau tidak kita sudah berani mengambil langkah pertama untuk menggapainya. Konsekuensi-nya ya itu : berhasil, kita sukses DAN gagal, kita sengsara. Gue setuju dengan yang kamu bilang, cuman ada hal yang perlu diperhitungkan, HIDUP butuh UANG!!! hehehe... so idealis dan realistis harus berjalan bareng-bareng :)


Kamu lupa, gue dari dulu udah nekad, emang ga keliatan dari rambutnya ? :)




with respect,


:> antha

Aku pengen hidup kaya warna

Kaya warna bukan berarti kaya raya dan bergelimangan harta. (Perlu ditegaskan disini bukan berarti aku pengen hidup miskin sengsara, tapi harta itu bukan tujuan akhir. Materi itu hanya media menuju tujuan akhir saja.)

Definisi hidup berwarna untuk aku adalah hidup yang maksimal. Hidup yang berani mencoba dan berani gagal. Hidup yang menjalani mimpi-mimpinya. TRUE LIFE. Hidup yang tidak hanya mengikuti arus trend yang sedang pasaran tapi hidup yang sungguh-sungguh aku percaya.
Sehingga saat tua nanti, aku bisa tersenyum puas dengan cerita hidupku karena aku sudah melakukan semampuku.

Semoga Antha bersedia menjadi teman nekadku dalam hidup.

Monday, January 24, 2011

Gue Ga Suka Kado ?

Hmm... iya gue emang gak terlalu suka kado. Kultur keluarga kami mungkin menyebabkan hal tersebut. Seinget gue, dari kecil kami hampir tidak pernah ada acara beri kado. Dulu gue gak tahu, dengan alasan apa orangtua tidak melakukan hal itu. Karena memang kebiasaan, mendidik karakter anak-anaknya atau mungkin ketiadaan dana hahaha..., entahlah gue engga tahu.


Setelah gue besar, tanpa disadari ternyata hal itu udah mendarah daging. Namun yang patut disyukuri dari hal itu adalah gue menemukan sebuah karakter diri yang lumayan kuat. Sesuatu yang disyukuri itu adalah sifat yang tidak pernah mengharapkan sesuatu imbalan. Gue MERASA saat orang lain memberi sesuatu pasti ADA SEMACAM KEWAJIBAN untuk membalasnya kembali. Inilah yang gue hindari. Dan dewasa ini PEMBERIAN seringkali menjadi awal 'ketidakenakan atau kesungkanan' seseorang untuk bersikap tegas kepada orang yang telah memberikan sesuatu kepadanya. Tahu kan maksudnya ? Atau apakah ketika terjadi pertikaian / pertengkaran, bukankah seringkali hadiah, kado atau apapun itu bentuknya akan terungkit atau kembali ke pemiliknya ? Heheheh...


Gue mengerti akan niat baik, perhatian, kasih sayang atau apapun bentuknya dalam bentuk barang atau uang. Namun perbuatan menurut gue jauh lebih bernilai dari itu. Ia tidak akan dikembalikan ketika ketika bertikai, ia tidak harus dibalas dengan sesuatu yang berbentuk fisik dan ia akan lebih diingat dari apa pun.


Terakhir, gue mengalami kisah pendek ini. Kalau tidak salah hari Minggu, 16 Januari 2011. Gue naik bis menuju tempatmu, gue duduk di bangku paling belakang dekat pintu dan di sejajar gue di pojok ada perempuan berjilbab. Tidak lama dari Mampang Perempatan naik dua orang ibu. Satu setengah baya dan satu lagi sudah berusia lanjut [seorang nenek]. Tau sendiri kan bis di kota ini, tancap gas... Si ibu yang setengah baya sudah duduk di depan yang berformasi dua, sedangkan naas si nenek ketinggalan dan terpaksa duduk diantara gue dan perempuan muda disamping gue. Kondisi bis yang ngebut membuat nenek ini takut, karena bangku di belakang tak ada tempat pegangan. Tentulah ia spontan memegang tangan gue dan perempuan muda tadi.


Si ibu setengah baya tadi bilang : "Mak duduk disini aja nanti kalo disitu bisa jatuh". Nah, si perempuan muda ini pun berbaik hati membantunya untuk berjalan ke depan. Namun apa yang terjadi, bis kembali ngebut dan nenek ini pun kembali terduduk dan menolak untuk pindah, ia lalu berkata dengan badan gemetaran : "Nanti aja sampe berhenti, takut saya". Wualah.... tahu sendiri kalau bis gak bisa ditebak kapan bisa diem.


Tangan gue masih dipegang erat sama si nenek yang panik tersebut, trus gue ngeliat kalo lampu merah gak lama lagi. Itu lampu merah terakhir sebelum sampe tempat kamu. Lantas gue bilang : "Ibu, tenang aja disini, kalau ibu gak berani gak usah pindah dulu. Ibu duduk sini dulu, pegang kami berdua. Di depan ada lampu merah, PASTI nanti berhenti". Gue berkata begitu walau gak yakin bis bisa berhenti, maklum bis trayek yang ini sering masuk jalur busway. Dan benar bis berhenti dalam waktu yang cukup untuk mengantarkannya ke tempat duduk di samping ibu setengah baya tadi. Dibimbing perempuan muda yang berbaik hati nenek tersebut pun pindah ke tempat yang lebih nyaman baginya.


Momen selanjutnya mungkin sederhana bagi orang lain, tapi tidak bagi gue. Sesaat ketika beliau duduk, ia menengok ke arah gue dan berkata : "Nak terimakasih ya... terimakasih banget. Ibu doain semoga panjang umur, sehat selalu". Geeez... gue terkesima dengan kalimat itu. Lantas dengan hati melankolis gue berpikir, salah satu PEMBERIAN PALING BERHARGA dalam diri gue adalah saat seseorang yang tidak tahu bisa membalas kebaikan orang lain di saat dia ketakutan hanya dengan sesuatu yang berharga dalam diri manusia yaitu DOA. Mungkin kita sering mengalaminya ketika memberi uang kepada pengamen atau pengemis dan mendapat ucapan terimakasih. NAMUN tatapan mata nenek tersebut setelah terlepas dari ketakutannya memberi nilai tersendiri.


Yah... gue, perempuan muda itu dan sang nenek sudah saling memberi. Kami tidak kenal satu sama lain, tapi disaat itulah kami sudah saling menukarkan kado. TANPA hari istimewa apapun kami melakukannya. Hehehe... maaf ya kepanjangan.... Terimakasih atas kadonya, terimakasih atas perhatian kamu. Percayalah gue tahu kok perhatian itu walau dalam bentuk marah sekalipun.




with respect,


:> ANTz

Sunday, January 23, 2011

Antha ga suka kado?

Menurut Antha kado itu ga penting. Mungkin maksudnya karena masih ada 'kado' yang lebih punya nilai misalnya pengertian atau kesetiaan. Alhasil, kado yang aku siapkan sejak 2 minggu yang lalu pun dititipkan saja di kost ku.


Menurut aku, gak apa-apa yah kalau kita kasih kado. Kado itu ungkapan kasih dan perhatian. Sebagai orang terdekat Antha, aku ga pernah mengharapkan imbalan apa-apa. Memberi kado sebagai ungkapan kasih yang tulus dan tanpa pamrih, bentuk sayang.


Menurut aku, it's good untuk membiarkan partner kita mengekspresikan sayangnya. Dengan tipe orang seperti aku, sebaiknya kamu mulai membiasakan diri dengan kado, Tha. :)

Monday, January 10, 2011

Re : Pagi Tadi

Hehehe... makanya sering-sering naik bis kota. Bukan buat ngebiasin diri jadi orang sengsara TAPI untuk bisa merasakan bagaimana hidup di jalanan. Untung bukan kamu yang 'gubrak' hahahah... Akhh... yang terjadi itu lumrah terjadi di dunia per-bis-an [bahasa gue ngawur banget dah tuh]. Kalo liat cerita kamu, sepertinya itu penumpang itu sendiri yang berperan besar atas peristiwa yang menimpa dirinya.

Kebanyakan penumpang bis kota itu, kalo mo turun pengennya bis berhenti pas saat dia bilang : "stop pak" atau "kiri bang". Tapi dia gak sadar kalo kendaraan itu gak bisa serta merta bisa berhenti mendadak. Yah... kan si supir juga harus liat lajur sebelah kirinya kan ? Ada kendaraan lain gak ? Biasanya sih motor tuh... Jadi yah ga bisa donk pas dia ngomong bis langsung berhenti... Setau gue, umumnya itu karena males jalan aja dan itu memang biasa terjadi di perempatan lalu lintas, artinya kalo kelewatan si penumpang kudu lumayan agak jauh. Jadi terlepas dari dia mau kerja atau keperluan yang mendesak. Intinya yah... males jalan hehehe... Maap buat yang ngerasa.

Tapi emang si sopir dan kondekturnya juga lagi 'balapan', sebenarnya seh... tepatnya bisa dibilang rebutan penumpang di depan mereka karena ada bis lain yang ada di belakang. Kejar setoran mungkin kurang tepat, karena walau setoran sudah terkumpul yang namanya penumpang kan tetap rezeki :). Atau untuk jam sibuk biasanya di perempatan ada polisi, jadi mereka tidak berani untuk memberhentikan penumpang seperti 'kebiasaan buruk' yang mereka lakukan ketika TIDAK ADA polisi. Jadi apa yang si sopir lakukan yaa.... benar, bayangin kalo lampu hijau dia ngerem mendadak ??? Jangankan setoran, rumah sakit bisa dikunjungi kan ????

Yah... kalo gue ada disitu sepertinya gue akan diam, mosok gue turun terus bilang ; "Bapak seh... masak lampu hijau tetap turun !!!". Kecuali jika gue deket pintu turun mungkin akan memperingatkan bapak tersebut. Kalo sopir dan kondekturnya ya jelaslah tetap tancap gas... Mosok dia berhenti trus bawa si bapak tadi ke rumah sakit. Hehehe.... yah paling gak kamu bisa bedain kondisinya. Kasihan boleh tapi harus liat faktanya juga. Gracias.

Friday, January 7, 2011

Pagi tadi

Seperti biasa, pagi tadi aku ke kantor naik bus ke arah Kuningan. Hore! Dapat bangku kosong di belakang! Ah.. leganya bisa santai sebentar pikirku. Perjalananku tadi pagi lancar-lancar saja karena lalu lintas tidak terlalu padat. Bus yang aku tumpangi pun meluncur segesit-gesitnya. Tapi tetap tersendat-sendat.

Ketika menuju perempatan Kuningan, teriakan pak konduktor 'mengganggu' nyamannya perjalanan pagi tadi, "Pak, lampu hijau! Lampu hijau! Lampu hijau!". Aku tidak terlalu paham apa maksud pak konduktor itu. Yang jelas, bus kami makin melaju kencang.

Lalu, tiba-tiba, *bruuuk*!!

Barulah aku tahu apa yang terjadi. Rupanya, teriakan pak konduktor itu bukan ditujukan ke pak supir (mumpung lampu hijau nih! hayo tancap!). Tapi ditujukan untuk pak penumpang yang hendak turun dari bus yaitu peringatan. Mungkin maksudnya, jangan turun disini pak, masih lampu hijau!. Karena nekad turun, pak penumpang itu pun tersungkur dengan posisi melungkup dengan dagu dan ujung kaki menyentuh aspal jalan - seperti orang tidur saja. Sementara itu, bus yang aku tumpangi tetap melaju meninggalkan pak penumpang yang terjatuh itu.

Aduh aduh! Aku kaget sekali. Kalau seperti ini gimana yah, Tha? Karena pak supir dan konduktor itu punya kepentingan mengejar setoran. Tapi mungkin saja pak penumpang tadi tergesa-gesa karena takut telat misalnya atau ada meeting. Atau jangan-jangan, pak penumpang itu salah kaprah. Dikiranya disuruh turun pas mendekati lampu hijau kali yah? Entahlah apa yang ada di benak mereka masing-masing. Yang jelas, aku sangat tidak nyaman dengan kejadian itu.

Masih tercenggang tak tega melihat bapak itu jatuh tapi yah dia juga yang nekad yah. Kesal dengan pak konduktor dan supir bus tapi memang saat itu sedang lampu hijau! Oh! Nyesak aja.

Pikirku, kalau saja kamu lihat kejadian itu, Tha, pasti kamu tidak tinggal diam. Tapi, terus terang aku kasian liat pak penumpang yang terjatuh itu. Kan sakit :(

Tuesday, January 4, 2011

Memulai 2011 Seperti Apa ? Hmmm....

Hehehe... maap ya, kalo baru bisa jawab sekarang. Maklum aja, lagi fokus nyelesein blog ini, jadi ga sempat nge-posting. Gue pikir lebih baik merapikan dulu 'rumahnya' biar nanti nge-posting-nya enak, iya engga ?


Soal Tahun Baru, gue itu, dari dulu emang ga pernah antusias. Haaah, ga tau... dalam otak gue kenapa harus ngerayain sesuatu yang ga' tau tujuannya untuk apa. Bahkan seinget gue, dalam ajaran agama tidak ada perintah untuk merayakan Tahun Baru hehehehehe.... Kalo untuk resolusi, refleksi, momen atau apapun sebutannya, kenapa harus nunggu setahun ???


Yah... seperti yang kamu katakan, gue selalu percaya bahwa TUHAN menciptakan semua hari itu baik, sama seperti DIA menciptakan semua manusia istimewa. Jadi dalam pikiran gue adalah melakukan sesuatu yang baik setiap hari, as simple as that. Geez... gue makin ngelantur neh, hehehe... Jadi maap saja kalo respon gue kurang menyenangkanmu.


Akhh... ketika gue nulis posting ini, sepertinya harapan kamu tuk menikmati segarnya udara pagi di Taman Suropati tidak kesampaian deh... Maap yaaaa... tapi mudah-mudahan di lain waktu kita bisa mewujudkan hal-hal tersebut. Sebelum alam makin tak bersahabat dengan manusia ATAU kita, manusia yag lupa akan alam tempat tinggalnya hehehehe....

 

Copyright

Creative Commons License
Antha & Irene weblog by Antha & Irene is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License. Based on a work at feeds.feedburner.com

All of the photos we have borrowed from the internet are sourced back to their original site. If you find your picture here and would like it removed, please let us know.
Images provided here do not belong to the editor, unless stated otherwise. Where this is the case, the contents including images and text, are protected by copyright. No copies of these digital images or text may be made without the written permission of the copyright holder.

Traffic


Followers

Subscription

Get our latest update in your inbox. Enter your email address below.

Copyright © 2010 Antha & Irene weblog. All rights reserved.
Themes by Wobzy l Powered by Blogger