Setelah gue besar, tanpa disadari ternyata hal itu udah mendarah daging. Namun yang patut disyukuri dari hal itu adalah gue menemukan sebuah karakter diri yang lumayan kuat. Sesuatu yang disyukuri itu adalah sifat yang tidak pernah mengharapkan sesuatu imbalan. Gue MERASA saat orang lain memberi sesuatu pasti ADA SEMACAM KEWAJIBAN untuk membalasnya kembali. Inilah yang gue hindari. Dan dewasa ini PEMBERIAN seringkali menjadi awal 'ketidakenakan atau kesungkanan' seseorang untuk bersikap tegas kepada orang yang telah memberikan sesuatu kepadanya. Tahu kan maksudnya ? Atau apakah ketika terjadi pertikaian / pertengkaran, bukankah seringkali hadiah, kado atau apapun itu bentuknya akan terungkit atau kembali ke pemiliknya ? Heheheh...
Gue mengerti akan niat baik, perhatian, kasih sayang atau apapun bentuknya dalam bentuk barang atau uang. Namun perbuatan menurut gue jauh lebih bernilai dari itu. Ia tidak akan dikembalikan ketika ketika bertikai, ia tidak harus dibalas dengan sesuatu yang berbentuk fisik dan ia akan lebih diingat dari apa pun.
Terakhir, gue mengalami kisah pendek ini. Kalau tidak salah hari Minggu, 16 Januari 2011. Gue naik bis menuju tempatmu, gue duduk di bangku paling belakang dekat pintu dan di sejajar gue di pojok ada perempuan berjilbab. Tidak lama dari Mampang Perempatan naik dua orang ibu. Satu setengah baya dan satu lagi sudah berusia lanjut [seorang nenek]. Tau sendiri kan bis di kota ini, tancap gas... Si ibu yang setengah baya sudah duduk di depan yang berformasi dua, sedangkan naas si nenek ketinggalan dan terpaksa duduk diantara gue dan perempuan muda disamping gue. Kondisi bis yang ngebut membuat nenek ini takut, karena bangku di belakang tak ada tempat pegangan. Tentulah ia spontan memegang tangan gue dan perempuan muda tadi.
Si ibu setengah baya tadi bilang : "Mak duduk disini aja nanti kalo disitu bisa jatuh". Nah, si perempuan muda ini pun berbaik hati membantunya untuk berjalan ke depan. Namun apa yang terjadi, bis kembali ngebut dan nenek ini pun kembali terduduk dan menolak untuk pindah, ia lalu berkata dengan badan gemetaran : "Nanti aja sampe berhenti, takut saya". Wualah.... tahu sendiri kalau bis gak bisa ditebak kapan bisa diem.
Tangan gue masih dipegang erat sama si nenek yang panik tersebut, trus gue ngeliat kalo lampu merah gak lama lagi. Itu lampu merah terakhir sebelum sampe tempat kamu. Lantas gue bilang : "Ibu, tenang aja disini, kalau ibu gak berani gak usah pindah dulu. Ibu duduk sini dulu, pegang kami berdua. Di depan ada lampu merah, PASTI nanti berhenti". Gue berkata begitu walau gak yakin bis bisa berhenti, maklum bis trayek yang ini sering masuk jalur busway. Dan benar bis berhenti dalam waktu yang cukup untuk mengantarkannya ke tempat duduk di samping ibu setengah baya tadi. Dibimbing perempuan muda yang berbaik hati nenek tersebut pun pindah ke tempat yang lebih nyaman baginya.
Momen selanjutnya mungkin sederhana bagi orang lain, tapi tidak bagi gue. Sesaat ketika beliau duduk, ia menengok ke arah gue dan berkata : "Nak terimakasih ya... terimakasih banget. Ibu doain semoga panjang umur, sehat selalu". Geeez... gue terkesima dengan kalimat itu. Lantas dengan hati melankolis gue berpikir, salah satu PEMBERIAN PALING BERHARGA dalam diri gue adalah saat seseorang yang tidak tahu bisa membalas kebaikan orang lain di saat dia ketakutan hanya dengan sesuatu yang berharga dalam diri manusia yaitu DOA. Mungkin kita sering mengalaminya ketika memberi uang kepada pengamen atau pengemis dan mendapat ucapan terimakasih. NAMUN tatapan mata nenek tersebut setelah terlepas dari ketakutannya memberi nilai tersendiri.
Yah... gue, perempuan muda itu dan sang nenek sudah saling memberi. Kami tidak kenal satu sama lain, tapi disaat itulah kami sudah saling menukarkan kado. TANPA hari istimewa apapun kami melakukannya. Hehehe... maaf ya kepanjangan.... Terimakasih atas kadonya, terimakasih atas perhatian kamu. Percayalah gue tahu kok perhatian itu walau dalam bentuk marah sekalipun.
with respect,
:> ANTz